27 December 2012

Terserah mau jadi apa, yang penting BERILMU.

Beberapa teman saya pernah bertanya kepada saya.
"Setelah lulus kuliah kamu mau terus seperti ini (bekerja freelance), kerja kantoran atau bagaimana nantinya?"
Pertanyaan itu sering sekali terlontar kepada saya. Apalagi klo teman saya sudah mengenal saya lebih ke pekerjaan saya.
Sedikit cerita tentang pekerjaan saya. Saya memang tidak bekerja kantoran, bisa dibilang saya bekerja freelance. Membuat desain kaos untuk beberapa produsen kaos. Profesi ini biasa disebut "TUKANG GAMBAR". Bersama beberapa teman saya, setiap hari kami mendesain motif-motif kaos sesuai pesanan. Bila tidak ada pesanan terpaksa kami mengganggur. Gaji kami pun tidak tetap. Tidak bisa diprediksi setiap bulannya seperti para pegawai kantoran. Terkadang kami lebih sering menganggur dari pada bekerja. Mungkin itu sebabnya beberapa teman bertanya tentang masa depan saya, mereka menganggap freelancer tidak punya masa depan. Bahkan sebagian dari teman saya seprofesi ada yang melontarkan pernyataan "klo ujung-ujungnya hanya menjadi tukang gambar, untuk apa kuliah?".
Ok, kembali ke topik.
Menurut saya, kerja profesional tidak harus 8 jam duduk manis dikantor sambil menanti angka di kalender berganti muda kembali. Mungkin dengan cara seperti itu para pegawai kantoran itu lebih tenang bekerja, setiap bulan income masuk dengan jumlah yang pasti. Tapi disisi lain, tidak sedikit dari teman saya yang bekerja kantoran mengeluh, berharap liburan, berharap bonus lemburan, bahkan sebagian dari mereka tidak bisa mengikuti perkembangan anak-anak mereka. Mereka menukar kebersamaan itu dengan upah yang setiap bulan diterimannya.
Sebagai seorang freelancer, saya merasakan banyak manfaat dari profesi saya. Saya bisa lebih sering bersama keluarga, bisa menjamu teman2 yang datang mendadak ke jakarta. Bisa liburan kapan saja, tidak perlu bermacet-macetan di jalan raya setiap hari dan satu yang saya suka dari prosfesi ini yaitu bisa belajar apa saja. Awalnya saya hanya seorang tukang gambar kaos (itupun otodidak karena saya hanya lulusan SMA) karena terlalu sering mengganggur saya gunakan waktu luang saya yang terlalu banyak itu untuk belajar dari buku tentang beberapa hal, tentang teknologi, tentang internet, tentang sistem informasi, tentang multimedia, dll. Alhamdulilah, saya mencicipi banyak ilmu dari buku-buku itu. Desain Grafis, Animasi, Web Developer, Sistem Informatika, dll. Meski hanya "mencicipi", alhamdulillah saya sudah dapat menikmati hasilnya.
Memang harus ada yang dikorbankan, mereka yang memilih bekerja kantoran mengorbankan waktu mereka untuk upah yang pasti, dan saya sebagai freelancer mengobankan upah yang pasti itu untuk waktu luang saya.
Pernah saya bertanya kepada orang tua saya tentang apa yang mereka harapkan dari diri saya. Apakah saya harus menjadi seorang Guru, Dokter, Pegawai Negeri, dll?
"Ndak penting kalian (aku dan kakakku) mau jadi apa, yang kami harapkan kalian itu punya banyak ilmu. Mungkin kami ndak akan meninggalkan banyak warisan untuk kalian. Tapi kami percaya klo ilmu-ilmu yang kalian miliki mampu menghidupi kalian lebih dari warisan kami nanti"
Jawaban kedua orang tua saya inilah yang menjadi pedoman saya untuk menjawab dua pertanyaan teman-teman saya.
1. Setelah kuliah, mau terus jadi freelancer, atau bekerja kantoran?
2. Buat apa kuliah? Klo cuma jadi tukang gambar.
- Setelah kuliah nanti Saya berharap tetap punya banyak waktu untuk keluarga dan juga bisa tetap belajar banyak ilmu sekaligus, punya penghasilan besar meskipun tidak pasti jumlahnya. Mungkin ini sangat sulit bila saya hanya tetap statis menjadi seorang freelancer. Oleh karena itu, sejak 2010 lalu saya putuskan untuk kuliah dan mengambil jurusan Marketing Komunikasi dan periklanan. Di sini saya banyak belajar ilmu sosial dan ilmu berbisnis. Saya yang dari kecil senang sekali dengan ilmu sains, gemar menghitung semua yang hal yang pasti, mengukur jarak dan kecepatan, mengamati fenomena alam, kini berputar haluan menghitung sesuatu yang belum pernah terjadi, mengamati fenomena sosial, belajar berkomunikasi dengan berbagai kriteria lawan bicara. Dan saya menikmati itu "meskipun masih tahap belajar".
Saya yakin dengan mengkomposisikan ilmu yang saya dapat dari perguruan tinggi dan ilmu yang saya dapat dari buku-buku di sela waktu lapang saya ini, saya akan bisa lebih dari seorang "Tukang Gambar, lebih dari seorang "freelancer".
Alhamdulillah, terimakasih ya Rabb. Engkau berikan aku nikmat yang luar biasa, kesempatan yang mungkin tidak didapatkan oleh orang lain. Nikmat berilmu dan kesempatan belajar.
Pa, Ma, terimakasih atas kebebasan yang kalian berikan. Kebebasan memilih jalan hidup saya sendiri.













22 December 2012

Mama, maaf :)

Mama,
Orang-orang bilang hari ini adalah hari ibu, ribuan orang meneriakan kasih sayang untuk ibunya, entah bagaimana sejarahnya hingga hari ini mereka sebut "Hari Ibu". MAAF Ma, Aku tak mengerti. Untukku, setiap hari adalah hari ibu, karena kasih sayangmu tak mengenal hari apapun.

Mama,
Mungkin orang diluar sana berbondong-bondong memberikan hadiah kepada ibu mereka, berusaha membuat ibu-ibu mereka tersenyum. MAAF Ma, anakmu tak bisa seperti mereka, bahkan untuk mengucap kata sayang saja anakmu tak mampu, mungkin aku terlalu besar hingga gengsi dan ego ini juga ikut membesar bersama tubuhku.

Mama,
MAAF bila aku tak bisa seperti mereka,
Bila ada sebuah hati yang mampu menampung ribuan kata maaf untukku, itulah hatimu. Bila ada kata yang mampu meredakan emosiku, itulah kata-katamu.

Mama, Selamat hari Ibu,
MAAF bila Aku mulai lelah mengucapkan kata maaf untukmu, meski kau tak pernah berhenti untuk memaafkanku.

20 December 2012

PO. Nusantara bekerja sama dengan So Tasty

PO. Nusantara yang biasa mengantarkan para penumpang jurusan Kudus-Jakarta atau sebaliknya mengadakan kerja sama dengan salah satu pusat oleh-oleh di Semarang yaitu So Tasty.

Kerjasama yang dilakukan berupa penyediaan makan malam. Selain itu So Tasty juga menyediakan oleh-oleh seperti bakpia kering untuk para penumpang Bus Nusantara yang belum sempat belanja oleh-oleh.

Kerjasama ini diyakini dapat mendongkrak ekuitas brand PO. Nusantara yang mulai turun karena ketatnya persaingan bus AKAP khususnya untuk kawasan kudus dan sekitarnya.