26 February 2013
Cara Memblokir PIN BB Penting apabila BB hilang / dicuri
Cara ini hanya untuk menonaktifkan BlackBerry-nya saja, bukan sim-cardnya.
Setiap BB memiliki 15 digit serial number yang unique (IMEI).
Jadi, tidak mungkin antara satu BB dengan yang lainnya memiliki nomor IMEI yang sama.
Untuk menonaktifkan BB Anda yang hilang, Anda harus memiliki nomor IMEI dari BB anda tersebut.
Untuk mendapatkan? Nomor IMEI ini Anda hanya perlu melakukan beberapa langkah.
Tekan * # 0 6 #?
Secara otomatis akan muncul 15 digit nomor yang merupakan nomor IMEI BB Anda
Lalu pilih OK untuk kembali ke menu awal/untuk mengkonfirmasi kode tersebut.
Catatlah nomor IMEI ini dan simpan di tempat yang aman.
Jangan simpan di dompet, lebih baik disimpan di rumah atau kantor, yang kira-kira menurut Anda aman...
Apabila BB anda dicuri hubungi operator kartu SIM Anda dan beritahukan kode IMEI ini.
Operator akan memblokir BB Anda melalui kartu SIM yang Anda pakai sehingga BB Anda tidak dapat digunakan sama sekali walaupun ditukar dengan kartu SIM yang lainnya karena yang diblokir adalah BB nya, bukan nomor dari kartu SIM tersebut.
Kemungkinan besar HP Anda memang tidak akan kembali lagi...
Tetapi setidaknya orang yang telah mengambil BB Anda juga tidak dapat menggunakan BB tersebut.
Sehingga apabila semua atau sebagian BB yang dicuri tidak dapat berfungsi, maka perdagangan BB dipasar gelap pun harganya akan jatuh bahkan tidak laku lagi.
Dengan cara ini pula diharapkan trend pencurian BB yang sedang marak-maraknya akan berkurang.
MIMPI
"Sudah lama sekali saya tertidur, lelap sekali. Hingga tak pernah dapat mendengar apa-apa yang orang lain bisikan kepada saya. Apa yang orang lain tunjukan kepada saya. Bahkan saking lelapnya saya tak punya mimpi."
7 tahun saya berada di jakarta. Saya masih ingat betul waktu itu. Datang ke Jakarta dengan segudang mimpi dan janji. Janji membalas budi baik kakakku, yang meskipun dia mahasiswa, tetap mau bekerja menjadi kuli batu, supir truk, bahkan kuli bangunan demi sekolahku. Mimpi untuk meneruskan harapan kedua orang tuaku yang terputus karena ekonomi keluarga yang berantakan. Harapan untuk membuat kedua orang tuaku tersenyum kembali, saat melihat kedua anak lelakinya menjunjung tinggi kehormatan keluarga.
"Tuhan Maha Pemurah nak. Dia mengajarkan kita berharap, berdoa, memohon, mengutarakan mimpi kita kepada-Nya. Dan Tuhan pun berjanji akan memberikan yang terbaik untuk kita."(Mama).
Saya mulai belajar merangkai mimpi dan harapan, mencoba mewujudkannya satu persatu. Mulai dari menjadikan kakakku sarjana, memiliki usaha kecil-kecilan, memensiunkan bapak, hingga membelikan rumah untuk kedua orang tua saya. Menakjubkan, saat mimpi-mimpi itu kita rangkai dalam angan kita, jutaan energi alam berkumpul, menyatu menjadi semangat yang sangat dahsyat. Satu persatu mimpi itu terwujudkan, hidupa-pun memiliki tujuan. Ya "mimpi itu harus nyata!"
Hari ini, saya terdiam termangu. Mencoba mengingat kembali, apa yang menjadi mimpi terakhir saya waktu itu. Hati ini membrontak, kepala ini tak mampu mengingat. Saya terlalu lelap, lelap dengan dunia saya saat ini. Lelap dengan kenyaman hidup yang saya nikmati. Kesibukan yang mengasyikan dan mengasingkan saya dari diri saya sendiri.
Memang perubahan harus ada. Tapi perubahan yang saya alami berdampak negatif. Kenyamanan membuat saya hampir lupa bagaimana berhemat. Kesenangan membuat saya berfikir, esok akan datang dengan cara yang serupa dengan sekarang.
Ternyata saya keliru. Perlahan, tapi pasti kenyaman itu akan hilang. Kesenangan juga hanya sesaat. Tujuan hidup mulai tidak jelas. Saya harus mulai bermimpi lagi, meninggalkan kesenangan saat ini, untuk kesenang yang lebih lama.
"Merangkai mimpi-mimpi baru saat satu mimpi telah usai."
25 February 2013
Buku Nikah
"Maaf kakak, ada yang bisa saya bantu?"
"Mbak saya nyari buku yang ada nama saya sama nama seseorang. Dari tadi saya nyari kok gak ketemu ya?"
"Judulnya Apa Kakak?"
"Buku nikah, mbak"
"Mungkin belum jodoh mas"
*si mbak-nya sewot.
22 February 2013
"Ubasuteyama" gunung pembuangan Nenek.
*Membuang Ibu ke Hutan
Pernahkah kalian mendengar istilah "Ubasuteyama"? Mungkin tidak. Kita lebih mengenal doraemon atau naruto. Tapi tidak apa, catatan pendek ini akan membahas tentang ubasuteyama ini. Dalam bahasa Jepang, artinya "gunung pembuangan nenek". Ini cerita legenda di Jepang, ada beberapa versi, tapi yang manapun itu, mengharukan sekali. Akan saya ceritakan ulang, sy tulis dengan pendekatan sedikit berbeda, dengan versi Indonesia, tanpa mengurangi maknanya, here we go.
Tersebutlah seorang anak, kita sebut saja namanya Bambang. Dia anak semata wayang, dibesarkan penuh kasih sayang oleh Ibunya. Ayahnya meninggal saat Bambang masih kecil, maka repot betullah Ibunya mengasuh si Bambang ini. Apalagi pekerjaannya hanya pengumpul kayu bakar di tepi hutan lebat, sambil menanam kentang di lahan terbatas. Setiap musim salju datang, alamat tambah sulit hidup mereka (eh, anggap saja di Indonesia ada salju).
Tapi Ibu si Bambang sungguh wanita yang tangguh. Dia bertahan dari segala kesusahan hidup. Hari demi hari. Bulan demi bulan. Tahun demi tahun. Si Bambang kecil beranjak menjadi remaja. Kabar baiknya, si Bambang kecil ini jenius. Maka satu demi satu kesuksesan hadir di rumah sederhana itu. Si Bambang berhasil masuk sekolah terbaik, memperoleh beasiswa. Hingga akhirnya bisa kuliah tinggi. Bukan main. Dia kuliah di ibukota, di kampus paling top, dan juara pula.
Nah, persis saat Bambang mulai merengkuh sukses kisah hidupnya, kisah indah Ibunya ini mulai menikung tajam, meluncur turun ke bagian menyedihkan. Saat wisuda, saat Ibunya datang dari kampung, si Bambang malu sekali dengan teman2nya. Lihatlah, Ibunya berpakaian kumal, wajahnya keriput, tidak ada cantik2nya. Apalagi saat dia mengenalkan Ibunya ke teman wanita yang ditaksirnya, lebih malu lagi, sebenarnya kalau bisa memilih, ingin rasanya si Bambang menyuruh Ibunya tinggal di penginapan saja, tdk usah hadir di acara wisudanya. Belum lagi tingkah kikuk ibunya yang salah jalan, melintas di panggung, menganggu perayaan wisuda itu. Membuat orang berbisik-bisik, siapa orang tua kumuh itu?
Bertahun2 berlalu lagi, si Bambang mendapatkan pekerjaan bagus. Gajinya tinggi, bisa beli rumah, bisa beli mobil. Dan menurut pikiran si Bambang, dia semakin repot harus mengurus Ibunya. Bukankah dia sudah membangunkan rumah bagus di kampung buat ibunya? Sudah memberikan uang bulanan? Apalagi yang kurang? Hingga si Bambang menikah, berat hati si Bambang mengundang Ibunya ke kota, untuk menghadiri pesta pernikahan tersebut. Memperkenalkan Ibunya ke kolega, rekan kerja, ke atasan, dsbgnya. Bagaimana mungkin anak muda yang karirnya cemerlang punya Ibu merepotkan seperti ini? Siapa ibu tua yang barusaja kikuk menumpahkan air di tengah ruangan pesta.
Bertahun2 lagi berlalu, Ibunya mulai jatuh sakit2an. Maka semakin repot saja si Bambang bolak-balik pulang ke kampung. Lihatlah, Ibunya terbaring lemah tidak berdaya. Tidak produktif, tidak bisa bekerja. Hanya menjadi beban bagi banyak orang. Mengganggu kebahagian dia dan istrinya malah, juga pekerjaan, kesibukan--kare na harus menghabiskan waktu untuk Ibunya. Kenapa ibunya nggak mengurus diri sendiri, sih? Merepotkan saja.
Si Bambang pendek pikiran, maka dia memutuskan untuk membuang Ibu-nya ke dalam hutan. Kita anggap saja, jaman itu, sudah menjadi tradisi, membuang orang tua yang tidak berguna lagi ke dalam hutan. Bahkan semua orang menganggapnya lumrah, daripada menambah beban ekonomi, memperlambat kemajuan, buang saja orang tua ke 'Ubasuteyama', gunung pembuangan nenek. Tidak ada yang salah dengan cara itu, toh? Di jaman modern besok lusa, orang2 juga mudah saja 'membuang' orang tua ke panti jompo, meninggalkannya sendirian di rumah, dsbgnya.
Di pagi hari yang sudah diputuskan Bambang, dia menggendong Ibunya, membawanya masuk ke dalam gerbang hutan. Melangkah pasti. Sudah bulat tekadnya. Kondisi Ibunya sudah lemah sekali, Ibunya masih bisa bicara, tapi sudah pelan suaranya. Matanya menatap lamat-lamat wajah anaknya, dan tangannya menggapai2 pelan setiap ranting, daun yang mereka lewati.
Enam jam perjalanan, persis jam dua belas siang, tibalah Bambang di bagian hutan paling dalam, paling jauh. Dia meletakkan Ibunya ke dasar hutan yang lembab. Penuh lumut dan rumput. Pekerjaannya sudah selesai, saatnya Bambang pulang. Tidak perlu ada kata-kata perpisahan. Toh, ibunya tahu sekali tradisi ini. Itu resikonya menjadi tua tidak berguna.
Tapi hei, si Bambang terdiam, menelan ludah. Tidak, tentu saja bukan karena perasaan cemas atas nasib Ibunya yang membuat dia menelan ludah, melainkan dia baru menyadari: bagaimana dia bisa pulang, keluar dari hutan tersebut? Aduh, dia persis ada di tengah hutan lebat. Jarak ke gerbang hutan 20 kilometer lebih. Dia boleh jadi malah semakin tersesat ke puncak gunung?
"Tidak usah cemas, Nak." Terdengar suara pelan Ibunya.
Si Bambang menoleh Ibunya.
"Ibu sudah mematahkan ranting dan dedaunan sepanjang jalan kau kemari. Pulanglah anakku, kau bisa mengikuti jejak itu hingga gerbang hutan. Tinggalkan Ibu di sini. Tidak apa." Ibunya tersenyum, berlinang air mata di pipi, menatap anak semata wayangnya yang begitu gagah dan membanggakan.
Maka terdiamlah si Bambang.
Sungguh. Kasih sayang Ibu tidak pernah pudar. Sungguh, bahkan saat kita, anak2nya menyakiti, tidak peduli, bahkan tega 'membuangnya'. Lihatlah apa yang dilakukan Ibu Bambang, sepanjang perjalanan, itulah gunanya tangan lemah Ibunya menggapai2 sekitar. Bukan karena berontak, menolak dibuang, Ibunya justeru sedang menunaikan kasih sayang terakhir bagi anaknya, mematahkan ranting, merontookan dedaunan, membuat jejak. Memberikan si Bambang jalan pulang.
*saya minta maaf kalau ada yg namanya Bambang. itu hanya sembarang comot. silahkan di-share jika bermanfaat. selamat jum'atan
09 February 2013
Terima kasih "Lelah"
Huuuuuh..... Rasanya pengen teriak sekenceng2nya. *Emosi melanda.
Biasanya, bila sedang emosi seperti ini saya mencoba membuat diri saya selelah mungkin. Tujuannya agar bisa tidur lelap dan melupakan semuanya. Biasanya saya lari ke Gym. Menganggangkat beban seberat mungkin, sambil teriak kekencang2nya. Tapi kali ini tidak. Member Gym saya sudah habis, dan sedang malas untuk perpanjang. Jadi saya putuskan untuk mencari kegitan lain.
Akhirnya saya putuskan untuk melelahkan diri dengan menikmati macet jakarta. Hampir tiga bulan ini saya tidak keluar dan berkeliling jakarta. Tepatnya sejak saya di vonis tidak boleh ikut kuliah malam. Jadi malas untuk keluar menikmati jalan raya jakarta. Padahal dulu 1/3 hari saya dihabiskan dijalan raya.
Mungkin kebanyakan orang merasa sebal dan pusing dengan macetnya jakarta, tapi macet ini malah saya rindukan :D. Apalagi klo ingat saat saya berada di luar jakarta. Di semarang, demak, kendal , cirebon, pekalongan. Hampir semua tempat yang jalan rayanya lancar, malah berpontensi menimbulkan kecelakaan. Tidak terhitung berapa kali saya hampir kecelakaan di kota2 itu.
Akhirnya setelah keliling beberapa jam dan menikmati jalan raya. Diatas motor butut saya ini, muncul beberapa ide-ide kecil. Memang, dulu sebagian besar ide saya hasilkan di jalan. Termasuk ide untuk membuat sistem informasi untuk HCD. Ide itu sering muncul di atas motor, karena memang dulu sebagian besar hari saya dihabiskan diatas motor. Selain itu, pemandangan jalan raya yang berubah-ubah menjadi stimulus tersendiri bagi otak untuk melahirkan ide. Kantor atau tempat kerja yang cenderung statis, biasanya akan membuat otak kita juga statis.
Kali ini saya mendapat ide untuk membuat sistem kerja online untuk HCD, dan merubah total konsep dari DesainKaosMurah.com. Untuk update ide tersebut, nanti akan saya ceritakan lewat tulisan blog saya selanjutanya.
Terimakasih Tuhan, semoga lelah ini mampuh menghapus amarah dan membawa berkah. Aamiin.