13 April 2012

Semua Keputusan Selalu ada Hikmahnya



Perjalanan yang aku persiapan dari sebulan yang lalu sudah hampir tiba. Ini momen yang aku nanti dari awal tahun, menyusuri hiruk-pikuk beberapa kota di Jawa Tengah.

Tujuan perjalananku kali ini untuk melatih diri pribadiku terutama dalam bersosialisasi dengan orang-orang baru. Kemudian mencoba menceritakan apa yang telah aku alami selama perjalanan. Sehingga selain aku mendapat pengalaman baru, teman baru, aku juga mendapat tulisan untuk ku goresan di blog kecilku ini. Selepas dari itu aku juga berharap bisa bertemu dengan teman-teman lama, sekedar melepas rindu dan mengetahui kabar mereka saat ini.

Tiket sudah aku beli dua minggu sebelum hari H tiba. Tiket kereta Kelas Ekonomi "Tawang Jaya" dari Jakarta menuju Stasiun Poncol Semarang. Aku sengaja memilih kereta ini, karena selain sangat menghemat, aku juga bisa turun di Kendal kota yang ukurannya tak lebih besar dari Jakarta namun menyimpan jutaan rindu di Dadaku.

Seminggu sebelum hari H tiba Mamaku mengabari bahwa dia harus segera pulang ke desa. Ada kepentingan yang tidak bisa ditunda di sana. akungnya mama harus pulang sendiri, tanpa papa. Sehingga kemungkinan aku harus menunda perjalanan ini untuk menjaga papa sampai mama aku tiba di Jakarta. Hari Minggu ini mama memutuskan pulang naik bus supaya Senin bs sampai di desa.

Aku mulai merasa khawatir dan takut perjalan ini akan tertunda lagi. Padahal perjalan kecilku ini telah aku nanti dari jauh hari. Hingga hari Rabu pagi mama belum mengabariku kapan beliau berangkat ke jakarta. Sementara aku sudah membeli tiket untuk jum'at malam.

Akhirnya kamis pagi handphonku berdiring. Suara mama terdengar dari ujung telpon.

"Rizal, mama berangkat ke Jakarta nanti sore. Kemaren mama sudah di belikan tiket sama Om Zek"

"Ow, githu ya ma? Ok hati-hati di jalan ya ma. Besok aku jemput di terminal." Jawabku dengan agak kegirangan.

Akhirnya perjalanan yg aku nantikan bisa terwujud. Rencananya saat jum'at pagi mama sampai di jakarta, jum'at malamnya aku pamitan untuk meninggalkan Jakarta dan segala kesibukanku. Hampir semua pekerjaan yang aku tinggalkan sudah selesai. Mungkin ada beberapa yang di masih perlu di cek, tapi aku rasa teman-temanku sudah bisa menanganinya.

Jum'at sorenya  bu Lek Matun istri omku, memanggilku. Dia menceritakan bahwa dia harus pulang. Ibunya bu Lek Matun sedang sakit keras. Dia ditelpon dan minta untuk segera pulang malam itu. Padahal jam di dinding sudah menunjukan pukul 6 sore. Tidak mungkin pulang naik bus. Karena bus malam berangkat pukul 5 sore. Satu-satunya pilihan adalah naik kereta. Itu pun harus kereta ekonomi yang keberangkatanya pukul 9 malam.

Saat aku mencoba memesan satu tiket lagi untuk Bu Lek Matun. Ternyata tiket kereta malam itu sudah terjual habis. Sesaat aku terhening. Merasa tak tega melihat bu Lek Matun meneteskan Air mata, aku melihat harapan dalam bias air di pelupuk matanya. Sesaat terfikir merelakan tiketku untuk Bu Lek Matun. Tapi hati ini memberontak, tidakk ingin liburan dan perjalananku tertunda. Satu hari dalam liburan untukku terasa sangat berharga. Perjalanan ini sudahku nantikan sejak awal tahun.

Aku merasa terjepit kala itu, satu sisi aku tak  ingin kehilangan satu hari liburanku, namun sisi lain aku juga tidak akan tega menunda seorang anak yang ingin bertemu ibunya yg sedang sakit. Sekilas terbayang olehku bila aku berada dalam posisi sebagai Bu Lek Matun, bagaimana kalo ibuku yang sedang sakit, sementara aku tidak bisa langsung berjua dengannya. Sebagai seorang anak aku bisa merasakan kegelisahan Bu Lek Matun,  akhirnya saat itu aku putuskan untuk memberikan tiketku kepada Bu Lek Matun. Sementara bu lik matun memberikan uang ganti tiket untuk mengobati kekecewaanku. Dengan sedikit kecewa aku kembali ke tempat Kostku, dan merenungi kekecewaan yang berbaur dengan rasa iba. Malam itu pun aku bergegas ke stasiun dan membeli tiket untuk malam berikutnya. Alhamdulillah aku sangat bersyukur masih kebagian tiket untuk perjalanan malam minggu.

Sabtu pagi ini aku masih merasakan kecewa kehilangan satu hari dalam liburanku. Fikiranku melayang-layang tak tentu, memikirkan Semarang, Demak, Kendal. Kota tujuan perjalan aku kali ini. aku mencoba mengobatinya dengan berangkat fitnes. Dari SMA aku punya kebiasaan menghabiskan rasa amarah, kesal dan kecewa pada seperangkat "alat berat". Pagi itu di tempat aku biasa ngeGym handphone aku pun berdering. Pak Darno meminta aku untuk mengerjakan beberapa ordernya, tak lama kemudian, Ko Ahian pun menelpon juga. Katanya ada beberapa order yang aku harus ambil. Pak Ahiyan ini type klien yang agak pilih-pilih. Dia mau memberikan aku order dengan syarat aku sendiri yang harus mengambilnya. Dia takut kalau yang menerima order anggotaku, brief darinya yang disampaikan ke anggotaku tidak dimengerti.

Hingga siangnya masih ada pak yadi dan pak anton yang datang memberikan beberapa order yang mungkin klo order itu anggota aku yang terima belum tentu mereka akan dapat mengerti cara yang tepat untuk menyelesaikannya. Disini aku mulai sadar, mungkin ini tujuan Allah menunda perjalanan aku. Mungkin bila aku tidak di tempat kerja hari sabtu itu, aku akan kehilangan beberapa order yang harganya cukup menggiurkan.

Malam harinya aku pun mulai perjalananku, perjalanan yang sederhana. Namun dalam perjalan kecilku ini aku mendapat banyak pelajaran, berbincang dengan kawan lama, memosisikan diri bukan sebagai aku yang dulu, tapi aku yang sekarang. Perjalanan yang diikuti oleh rasa rindu pada seseorang.