26 February 2013

MIMPI

Beberapa dari kita menyama-artikan kata mimpi dengan cita-cita, harapan, angan-angan, bunga tidur, dll. Tapi disini saya tidak bisa memberikan divinisi yang tepat karena masing-masing dari kita punya persepsi berbeda dengan kata "mimpi". Mungkin sekilas tetang tulisan ini dapat menyimpulkan arti mimpi dalam angan saya.

"Sudah lama sekali saya tertidur, lelap sekali. Hingga tak pernah dapat mendengar apa-apa yang orang lain bisikan kepada saya. Apa yang orang lain tunjukan kepada saya. Bahkan saking lelapnya saya tak punya mimpi."

7 tahun saya berada di jakarta. Saya masih ingat betul waktu itu. Datang ke Jakarta dengan segudang mimpi dan janji. Janji membalas budi baik kakakku, yang meskipun dia mahasiswa, tetap mau bekerja menjadi kuli batu, supir truk, bahkan kuli bangunan demi sekolahku. Mimpi untuk meneruskan harapan kedua orang tuaku yang terputus karena ekonomi keluarga yang berantakan. Harapan untuk membuat kedua orang tuaku tersenyum kembali, saat melihat kedua anak lelakinya menjunjung tinggi kehormatan keluarga.

"Tuhan Maha Pemurah nak. Dia mengajarkan kita berharap, berdoa, memohon, mengutarakan mimpi kita kepada-Nya. Dan Tuhan pun berjanji akan memberikan yang terbaik untuk kita."(Mama).

Saya mulai belajar merangkai mimpi dan harapan, mencoba mewujudkannya satu persatu. Mulai dari menjadikan kakakku sarjana, memiliki usaha kecil-kecilan, memensiunkan bapak, hingga membelikan rumah untuk kedua orang tua saya. Menakjubkan, saat mimpi-mimpi itu kita rangkai dalam angan kita, jutaan energi alam berkumpul, menyatu menjadi semangat yang sangat dahsyat. Satu persatu mimpi itu terwujudkan, hidupa-pun memiliki tujuan. Ya "mimpi itu harus nyata!"

Hari ini, saya terdiam termangu. Mencoba mengingat kembali, apa yang menjadi mimpi terakhir saya waktu itu. Hati ini membrontak, kepala ini tak mampu mengingat. Saya terlalu lelap, lelap dengan dunia saya saat ini. Lelap dengan kenyaman hidup yang saya nikmati. Kesibukan yang mengasyikan dan mengasingkan saya dari diri saya sendiri.
Memang perubahan harus ada. Tapi perubahan yang saya alami berdampak negatif. Kenyamanan membuat saya hampir lupa bagaimana berhemat. Kesenangan membuat saya berfikir, esok akan datang dengan cara yang serupa dengan sekarang.

Ternyata saya keliru. Perlahan, tapi pasti kenyaman itu akan hilang. Kesenangan juga hanya sesaat. Tujuan hidup mulai tidak jelas. Saya harus mulai bermimpi lagi, meninggalkan kesenangan saat ini, untuk kesenang yang lebih lama.

"Merangkai mimpi-mimpi baru saat satu mimpi telah usai."

No comments: